Senin, 08 Desember 2008

jadi petani aja



MARI MENANAM APA SAJA TAK USAH RAGU. GELIAT LAHAN YANG SEHARUSNYA MENGHASILKAN JANGAN BIARKAN KOSONG DAN TERONGGOK SAJA . GUNAKAN SEDIKIT BUDI DAN DAYA, MAKA INSYA ALLAH KITA KELUAR SEGERA KELUAR DARI KEMELUT KRISIS EKONOMI. TAK USAH TERGANTUNG DARI TETEK BENGEK REKOMENDASI DAN KEBIJAKAN NEGARA TENTANG PANGAN, KARENA SEMUA HANYA OMONG KOSONG, MEREKA HANYA PENGECUT YANG SELALU MENGGANTUNGKAN HARAPAN KITA PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI YANG ASAL KEREN SAJA. APA PERLU KITA MAKAN BERAS BERMERK KALAU TERNYATA TANAH KITA MASIH MENGHASILKAN KETELA DAN JAGUNG. NENEK MOYANG KITA ADALAH PETANI MAKA JADILAH PENANAM YANG BAIK JANGAN PERKOSA LAHAN KITA HANYA UNTUK MEMBANGUN RUANG RUANG KOSONG.

o sae

Sabtu, 18 Oktober 2008

INDONESIA RAYA INDONESIA MAYA



Satu sms singkat:

Selamat atas terpasangnya poster tarif murah komunikasi di seluruh pelosok tanah air. Sehingga tinggal ceklak-ceklik, cetat-cetit, pencet tombol kita bisa mengatakan apa kabar, kabar baik, hey, say, assalamu’alaikum hallo dan mungkin mencaci bajingan. Melemparkan sumpah serapah kepada orang lain tanpa ketahuan. Saatnya mencetak generasi pecundang dan penakut. Hell….o, Hello, hey hey….

Dunia semakin sempit dan tangan pun lupa berjabat. Identitas dan norma berganti digit digital. Tua muda bahkan bocah sama-sama bilang sorry dan masalah pun usai. Apakah ini salah ? saya menilai dalam melihat masalah tidak haruslah meluna lewat kacamata maya hitam-putih seperti itu, tetapi yang lebih penting harus adanya pemahaman masyarakat, bagaimana sistem kapitalisme secara instant telah mendominasi kehidupan budaya dunia. Begitu jahatnya sistem ini sehingga meskipun membawa berbagai kemajuan kehidupan manusia di muka bumi ini, dalam kenyataannya juga mematikan potensi–potensi budaya lokal (temasuk sopan santun dan adat istiadat) yang ada di seluruh belahan dunia. Berapa banyak tradisi asli masyarakat, suku yang kemudian punah. Berapa banyak yang kemudian terlena untuk masuk dalam sistem yang kemudian hanya mengejar selera praktis sehingga melupakan akar , nilai budaya bahkan idealisme. Tidak salah bila kemudian lahirlah produk budaya yang lahir serba seragam yang secara nyata membunuh kita secara berlahan.

O sae


Senin, 11 Agustus 2008

idealisme kreatif adalah responsif

Idealisme kreatif adalah responsif :
Sebenarnya apa idealisme itu? Sesuatu yang ideal… Dalam hal ini, ternyata kata 'ideal', hanya berlaku ketika kita belum menjadi mesin. Sekali lagi, upaya membuang dan membungkus rapat-rapat makna 'idealistik' dilakukan sebagai solusi kompromisitas terhadap kemajuam global. Proses produksi dunia industri memang semakin menjauhkan sisi humanistik dengan aspek komunikasinya. Manusia dibentuk sebagai objek mesin ekonomi yang terus menerus mencipta mimpi dalam kehidupan , teknologi yang tak pernah tidur, memaksa kita untuk selalu terjaga demi nafas modern. Bahkan saat istirahat (tak pernah walau terpejam) kita harus mengerti "Ini alam kompromi, jika ingin hidup kita harus selalu terjaga".
Tentang kreatifitas. Apakah sisi pemikiran manusia yang ini pun harus terjaga hanya untuk industri belaka?. Manusia yang super kreatif dan artistik ternyata memang tak selamannya harus 'ideal' dan tentu tak seragam, sementara mereka selalu menuntut dan berkepentingan (sebagai pelaku modal dan pemilik pekerjaan). Dan pada akhirnya ternyata alam kreatif dikalahkan oleh kepentingan orientasi percepatan materi. Ideal disini berjalan dalam takaran idealisme yang sangat-sangat tidak jelas.
Dan nilai kreatif akhirnya harus memilih jalannya untuk kepentingan yang muncul dalam menakar hegemoni subjek saat dibenturkan oleh kepentingan materi? Celah sempit yang muncul tidak hanya menimbulkan kreatifitas yang lain sebagai perlawanan yang timbul karena budaya kapitalis? Tapi bagi saya yang jelas responsif adalah bentuk kreatif, perlawanan dan kompromisitas. Dengan menjaga jarak, maka minimal dapat lebih fokus. Dan bila akhirnya yang muncul saat ini, bisa jadi adalah akses penting (ideal) bagi individu yang tertarik. Ini menjadi pemikiran refleksif, yang pada dasarnya, ingin menggali dimensi-dimensi terdalam atau yang sebenarnya dari realitas. Sesuatu yang tak abadi, dan sebenarnya tak pernah selesai, kompleks dan serumit apa yang kita bayangkan tentang dimensi sosial dan hidup saat ini bukan satu-satunya wujud makna idealis. Akhirnya idealistik 'perlawanan' sebagai ragam opsi. Sebuah counter terhadap Kapital. Inilah sisi ideal sebuah pemikiran kreatif. Eksistensi ini dapat ditempatkan dalam konteks kehidupan bersama dengan eksistensi individu lainnya. Dan eksistensi seorang individu dituntut untuk menyadari keberadaan eksistensi individu maupun eksistensi lainnya diluar dirinya. Kesadaran inilah yang kemudian diupayakan dalam responsif sebagai penghormatan dan pengembangan terhadap kehidupan global agar semakin (terjagadarigalaknya).

Minggu, 27 Juli 2008

Selasa, 15 Juli 2008

Kamis, 03 Juli 2008

sama


agaknya malam ini bulan harus lari lari
esok matahari jelas berpeluh
hari hari berganti
sama saja

diam untuk menang dan gerak untuk lawan







Tentang isi perut politik dan kemerdekaan

Adalah sebuah ironi apabila kekuasaan atas perut seseorang (kelompok) menjadi dasar untuk mempertahankan kemerdekaan, sementara kemerdekaan tersebut berdiri diatas kekusaaan perut orang banyak. Setiap pergantian orde atau masa selalu mengatasnamakan urusan perut rakyat, tetapi ujungnya-ujungnya kepentingan perut (sendiri) mendominasi. 
Kekuasaan atas perut pada dasarnya adalah pembelaan atas segala bentuk konfik. Kemerdekaan bagaikan seurat pusar yang selalu harus di perjuangkan sementara keterbatasan seseorang untuk mempertahakannya berarti kematian, dan perjuangan untuk itu tentu saja membutuhkan pengorbanan (yang besar).
Disini tarik menarik adalah (menawarkan) sesuatu solusi walaupun akhirnya kemenangan (perut) diatasnya juga hadir mendominasi.

Senin, 16 Juni 2008

jivaka




Segala-Nya tergantung tak terkecuali Jivaka. Kisah penggali sumur menimba kesempatan pada suatu landscape keyakinan, tidak berdasarkan teori teori, tidak juga hal hal magic.Budaya mencari sumber air untuk mereka yang membutuhkan seperti Budha dengan otak ketiga. Jivaka adalah contoh logika berdaulat dalam sistem yang tidak kemudian harus dibukukan hanya untuk mengisi kepala terlebih membuat keyakinan setiap orang harus sama. Cara pandang tidak selalu menunjuk pada sebuah tekanan pemahaman. Rasa membawa orang pada sebuah kecerdasan, menjelma menjadi budi dan kemudian mencipta kesadaran hidup.

Penghargaan selalu datang terlambat. Menunggu hasil dan manfaat. Jivaka adalah intifada, jahh, patriot tapi tidak kemudian disebut pahlawan, seperti air yang keluar dari manusia sebagai seni. Jivaka memberi yang seharusnya di berikan, bukankah Muhammad tidak kemudian menyebut dirinya nabi, melainkan penyampai kebenaran.

Dunia ini luas, laut menantang siapa saja yang berani mengarunginya. Sosial memang tak perlu menyimpan apalagi berkeluh kesah. Jivaka dalam pencarian-NYA. Esensi manusia adalah bodoh bahkan untuk merasa sejuknya embun, apalagi menampung hujan. tidak ada cerita untuk anak bajang dan nagagini untuk aqlam yang selalu bergerak.

Jivaka percaya kesetiaan membutuhkan tetes tetes terakhir dari mata yang tak terpenah terpejam. Terlelu basah juga tak baik, Jivaka mungkin bukan Anoman bendung dan lewati . Jivaka juga tak perlu mencari masa karena Musa iklasakan kapal-NYA untuk massa.

Bila Bima bertemu Dewaruci maka Jivaka yakin laut, pantai dan ember mungkin cukup ......... mungkin.

salam

O S A E