Sabtu, 18 Oktober 2008

INDONESIA RAYA INDONESIA MAYA



Satu sms singkat:

Selamat atas terpasangnya poster tarif murah komunikasi di seluruh pelosok tanah air. Sehingga tinggal ceklak-ceklik, cetat-cetit, pencet tombol kita bisa mengatakan apa kabar, kabar baik, hey, say, assalamu’alaikum hallo dan mungkin mencaci bajingan. Melemparkan sumpah serapah kepada orang lain tanpa ketahuan. Saatnya mencetak generasi pecundang dan penakut. Hell….o, Hello, hey hey….

Dunia semakin sempit dan tangan pun lupa berjabat. Identitas dan norma berganti digit digital. Tua muda bahkan bocah sama-sama bilang sorry dan masalah pun usai. Apakah ini salah ? saya menilai dalam melihat masalah tidak haruslah meluna lewat kacamata maya hitam-putih seperti itu, tetapi yang lebih penting harus adanya pemahaman masyarakat, bagaimana sistem kapitalisme secara instant telah mendominasi kehidupan budaya dunia. Begitu jahatnya sistem ini sehingga meskipun membawa berbagai kemajuan kehidupan manusia di muka bumi ini, dalam kenyataannya juga mematikan potensi–potensi budaya lokal (temasuk sopan santun dan adat istiadat) yang ada di seluruh belahan dunia. Berapa banyak tradisi asli masyarakat, suku yang kemudian punah. Berapa banyak yang kemudian terlena untuk masuk dalam sistem yang kemudian hanya mengejar selera praktis sehingga melupakan akar , nilai budaya bahkan idealisme. Tidak salah bila kemudian lahirlah produk budaya yang lahir serba seragam yang secara nyata membunuh kita secara berlahan.

O sae