Minggu, 27 Desember 2009

GUGUR GUNUNG ART EXHIBITION



Sopo koe dibangun oleh dua kepentingan yang satu di hadapkan pada kereta raksasa….dua ribu gunung didada dan lembah yang curam, komedi putar, permainan pengendara motor yang mematikan, putaran basar dengan bodem dikepalanya . Paruh waktu ini sopo koe menjadi lintasan kereta raksasa…parade ban ton-ton-nan.dan ketika kurun waktu persinggahan telah usai mereka merobohkan membuka dan membawanya pergi…wow sakit kejeniusan ini adalah kejahatan tertinggi.

Dan membawanya pergi mencangkokkanya kembali ke lahan kosong di belahan yang lain. Dengan demikian setiap tahunya akan tiba sebuah hari dimana para penjaga gunung meninggalkan pekerjaan mereka, melepaskan alas-alas pualam meruntuhkan dinding batu, tonggak, menara semen, dermaga, sementara sebagian menuju rumah sakit tempat dimana truk-truk gandeng berhenti dari satu perhentian ke perhentian yang lain.















Rabu, 23 Desember 2009

MUHAMMAD CHALK WARSITO

Sebuah jalan membawa bis itu meluncur melintasi gugusan gunung kapur purba. Dendang caping gunung mengalun intim, senyum dikulum 24 juta tahun yang lalu. Suci dan cantik tapi menggairahkan melebihi bibir arkhais monalisa (pelacur abadi). Tetap terkenang walau tanpa museum............akh..itu kan mulai .......mesum-kan?

kan Tanah ini penuh history.
Chalk and the blues walker kursi sebelah kosong, selamat menikmati perjalanan. Semakin dekat tujuan semakin jauh meningalkan kenyataan. Tragedi dan misi gunung- gunung tetap teka tenang, kesendirian akhirnya memancing ke puncak. Ucapkan selamat sampai tujuan. Tarik dan hembus nafas lega.
Satu peluh kerinduan mulai muncul kembali membawa ingatan chalk kepuncak. Keabadian terlalu sayang untuk muntahkan( hati hati ambilah satu saja debu, kerikil, pasir kualitas terbaik).
Kenapa bimbang?


Chalk tak sekuat magma apalagi metal pikir (pick) Hela sera lagu mulailah berganti halauan. Gending dhandang gula mixed gene jeombles (Brown sugar) era sudah berganti itu disampingnya kapling gunung baru, sekarang katanya sih baru dibangun konstruksinya, desainya New, materinya apa ya katanya Neo gitu, perfek kali sim salabim jadilah.........Sirik dan Juwita tetangganya. Katanya Project itu Muhamad Warsito yang memegang hak kekayaan intelektualnya e' ... alah sampai sedemikian itu mbak Pertiwi cemburu gak ya dapat tetangga baru.

Chalk diam gunungku pie ? Sang penunggu gugusan karang purba itu tak pernah bersolek apalagi kenal kosmetik tahunya ya kapur itu saja.lamah lembut sedikit keras untuk bertahan hidup. Blues males berkomentar apalagi berpendapat sudahlah Chalk balada itu biarkan berjalan apa adanya. Kun fayakun yang terjadi terjadilah

FESTIVAL MATA AIR SALATIGA 2009: "TANAM POHON, TANGKAP AIR"


FESTIVAL UNTUK MENYELAMATKAN MATA AIR

Memasuki penyelenggaraan yang ketiga, Festival Mata Air makin mendorong terbentuknya arus aktivitas budaya yang menarik di Kota Salatiga, Indonesia. Festival tahunan yang diselenggarakan oleh Komunitas TUK (Tanam Untuk Kehidupan) yang berlangsung 9-11 Oktober 2009 ini, memusatkan perhatian pada isu krisis air perkotaan. TUK lahir pada tahun 2005 sebagai komunitas/wadah seniman lokal yang prihatin akan kondisi lingkungan hidup.

Kota Salatiga yang terletak di wilayah pegunungan Jawa Tengah merupakan areal penangkapan air untuk daerah-daerah sekitarnya. Tetapi debit air di berbagai titik sumber mata air di Salatiga dari waktu ke waktu telah terus mengalami penurunan secara drastis, bahkan ada cukup banyak yang sudah mengering. Daerah-daerah yang dulu merupakan kawasan hutan yang sangat diperlukan sebagai penyangga penangkapan dan resapan air hingga sekarang telah dijadikan lokasi berbagai pabrik dan perumahan, sementara sampah juga memenuhi sungai-sungai.




Lewat kerja sama dengan Pemerintah Kota Salatiga dan Dewan Kesenian Salatiga, TUK dapat menyelenggarakan Festival Mata Air yang menjadi peluang bagi siapa saja untuk melakukan aksi konstruktif berkaitan dengan isu-isu lingkungan.


Melalui tema “Tanam Pohon=Tangkap Air, komunitas TUK ingin mengingatkan kepada masyarakat Indonesia dan dunia tentang pentingnya menanam pohon agar sumber air tetap lestari sehingga kehidupan mahluk hidup di bumi dapat terjaga. Pohon ibarat ‘pipa’ yang menyalurkan air hujan agar masuk ke dalam tanah yang nantinya akan muncul kembali ke permukaan tanah lewat mata air.“Seni adalah media yang paling efektif untuk menarik perhatian terhadap isu lingkungan dan dapat menginspirasi komunitas untuk beraksi,” ujar Vannesa Hyde, manajer kegiatan komunitas Tanam Untuk Kehidupan (TUK) Salatiga yang menyelenggarakan festival ini untuk keempat kalinya sejak 2006 lalu. Itulah sebabnya festival ini mengundang banyak seniman baik dari Indonesia dan luar negeri (Australia, Inggris, Jepang dan Timor Leste) untuk menyajikan karya seni mereka. Lebih dari 120 kelompok seniman berpartisipasi dalam festival ini.




home sick home