Senin, 16 Juni 2008

jivaka




Segala-Nya tergantung tak terkecuali Jivaka. Kisah penggali sumur menimba kesempatan pada suatu landscape keyakinan, tidak berdasarkan teori teori, tidak juga hal hal magic.Budaya mencari sumber air untuk mereka yang membutuhkan seperti Budha dengan otak ketiga. Jivaka adalah contoh logika berdaulat dalam sistem yang tidak kemudian harus dibukukan hanya untuk mengisi kepala terlebih membuat keyakinan setiap orang harus sama. Cara pandang tidak selalu menunjuk pada sebuah tekanan pemahaman. Rasa membawa orang pada sebuah kecerdasan, menjelma menjadi budi dan kemudian mencipta kesadaran hidup.

Penghargaan selalu datang terlambat. Menunggu hasil dan manfaat. Jivaka adalah intifada, jahh, patriot tapi tidak kemudian disebut pahlawan, seperti air yang keluar dari manusia sebagai seni. Jivaka memberi yang seharusnya di berikan, bukankah Muhammad tidak kemudian menyebut dirinya nabi, melainkan penyampai kebenaran.

Dunia ini luas, laut menantang siapa saja yang berani mengarunginya. Sosial memang tak perlu menyimpan apalagi berkeluh kesah. Jivaka dalam pencarian-NYA. Esensi manusia adalah bodoh bahkan untuk merasa sejuknya embun, apalagi menampung hujan. tidak ada cerita untuk anak bajang dan nagagini untuk aqlam yang selalu bergerak.

Jivaka percaya kesetiaan membutuhkan tetes tetes terakhir dari mata yang tak terpenah terpejam. Terlelu basah juga tak baik, Jivaka mungkin bukan Anoman bendung dan lewati . Jivaka juga tak perlu mencari masa karena Musa iklasakan kapal-NYA untuk massa.

Bila Bima bertemu Dewaruci maka Jivaka yakin laut, pantai dan ember mungkin cukup ......... mungkin.

salam

O S A E