Rabu, 23 Desember 2009

FESTIVAL MATA AIR SALATIGA 2009: "TANAM POHON, TANGKAP AIR"


FESTIVAL UNTUK MENYELAMATKAN MATA AIR

Memasuki penyelenggaraan yang ketiga, Festival Mata Air makin mendorong terbentuknya arus aktivitas budaya yang menarik di Kota Salatiga, Indonesia. Festival tahunan yang diselenggarakan oleh Komunitas TUK (Tanam Untuk Kehidupan) yang berlangsung 9-11 Oktober 2009 ini, memusatkan perhatian pada isu krisis air perkotaan. TUK lahir pada tahun 2005 sebagai komunitas/wadah seniman lokal yang prihatin akan kondisi lingkungan hidup.

Kota Salatiga yang terletak di wilayah pegunungan Jawa Tengah merupakan areal penangkapan air untuk daerah-daerah sekitarnya. Tetapi debit air di berbagai titik sumber mata air di Salatiga dari waktu ke waktu telah terus mengalami penurunan secara drastis, bahkan ada cukup banyak yang sudah mengering. Daerah-daerah yang dulu merupakan kawasan hutan yang sangat diperlukan sebagai penyangga penangkapan dan resapan air hingga sekarang telah dijadikan lokasi berbagai pabrik dan perumahan, sementara sampah juga memenuhi sungai-sungai.




Lewat kerja sama dengan Pemerintah Kota Salatiga dan Dewan Kesenian Salatiga, TUK dapat menyelenggarakan Festival Mata Air yang menjadi peluang bagi siapa saja untuk melakukan aksi konstruktif berkaitan dengan isu-isu lingkungan.


Melalui tema “Tanam Pohon=Tangkap Air, komunitas TUK ingin mengingatkan kepada masyarakat Indonesia dan dunia tentang pentingnya menanam pohon agar sumber air tetap lestari sehingga kehidupan mahluk hidup di bumi dapat terjaga. Pohon ibarat ‘pipa’ yang menyalurkan air hujan agar masuk ke dalam tanah yang nantinya akan muncul kembali ke permukaan tanah lewat mata air.“Seni adalah media yang paling efektif untuk menarik perhatian terhadap isu lingkungan dan dapat menginspirasi komunitas untuk beraksi,” ujar Vannesa Hyde, manajer kegiatan komunitas Tanam Untuk Kehidupan (TUK) Salatiga yang menyelenggarakan festival ini untuk keempat kalinya sejak 2006 lalu. Itulah sebabnya festival ini mengundang banyak seniman baik dari Indonesia dan luar negeri (Australia, Inggris, Jepang dan Timor Leste) untuk menyajikan karya seni mereka. Lebih dari 120 kelompok seniman berpartisipasi dalam festival ini.




Tidak ada komentar: