Rabu, 23 Desember 2009

MUHAMMAD CHALK WARSITO

Sebuah jalan membawa bis itu meluncur melintasi gugusan gunung kapur purba. Dendang caping gunung mengalun intim, senyum dikulum 24 juta tahun yang lalu. Suci dan cantik tapi menggairahkan melebihi bibir arkhais monalisa (pelacur abadi). Tetap terkenang walau tanpa museum............akh..itu kan mulai .......mesum-kan?

kan Tanah ini penuh history.
Chalk and the blues walker kursi sebelah kosong, selamat menikmati perjalanan. Semakin dekat tujuan semakin jauh meningalkan kenyataan. Tragedi dan misi gunung- gunung tetap teka tenang, kesendirian akhirnya memancing ke puncak. Ucapkan selamat sampai tujuan. Tarik dan hembus nafas lega.
Satu peluh kerinduan mulai muncul kembali membawa ingatan chalk kepuncak. Keabadian terlalu sayang untuk muntahkan( hati hati ambilah satu saja debu, kerikil, pasir kualitas terbaik).
Kenapa bimbang?


Chalk tak sekuat magma apalagi metal pikir (pick) Hela sera lagu mulailah berganti halauan. Gending dhandang gula mixed gene jeombles (Brown sugar) era sudah berganti itu disampingnya kapling gunung baru, sekarang katanya sih baru dibangun konstruksinya, desainya New, materinya apa ya katanya Neo gitu, perfek kali sim salabim jadilah.........Sirik dan Juwita tetangganya. Katanya Project itu Muhamad Warsito yang memegang hak kekayaan intelektualnya e' ... alah sampai sedemikian itu mbak Pertiwi cemburu gak ya dapat tetangga baru.

Chalk diam gunungku pie ? Sang penunggu gugusan karang purba itu tak pernah bersolek apalagi kenal kosmetik tahunya ya kapur itu saja.lamah lembut sedikit keras untuk bertahan hidup. Blues males berkomentar apalagi berpendapat sudahlah Chalk balada itu biarkan berjalan apa adanya. Kun fayakun yang terjadi terjadilah

Tidak ada komentar: